Kamis, 25 Juli 2013

BUKA PUASA BERSAMA FACHRY ALI



 BUKA PUASA BERSAMA FACHRY ALI
HMI KOMFUF- Sekitar 60 kader HMI Cabang Ciputat buka bersama dikediaman Kanda Fachry Ali di Kali Malang pada Hari Rabu kemarin (24/07).
Kedatangan rombongan kami disambut baik oleh tuan rumah. Selepas adzan Maghrib tiba, rombongan pun menyantap hidangan yang telah disediakan. Wajah-wajah penuh kebahagiaan pun terlihat ketika buka puasa telah tiba.
Setelah menyantap hidangan berbuka, acara dilanjutkan dengan shalat Maghrib, kemudian shalat Isya dan shalat sunat Tarawikh secara berjama`ah.
Inti dari kunjungan kami ke kediaman Kanda Fachry Ali tidak lain hanya untuk menyambung tali silaturrahmi. Secara kebetulan pula, beliau adalah senior kami di Himpunan Mahasiswa Islam.
Kemudian kami berdialog seputar perkembangan perkaderan HMI Ciputat. Kanda Fachry menekankan kepada para kader akan pentingnya pengembangan intelektualitas pada pribagi kader. Baginya, Manusia, terlebih khusus kader adalah sumber pengetahuan dan gagasan. Kapanpun dan dimanapun Kader Ciputat harus selalu membawa gagasan cemerlang. “ketika satu manusia meninggal, maka kita telah kehilangan satu perpustakaan” ujarnya.
Kanda Fachry juga memberikan pemahaman bahwa kita harus pandai-pandai membaca realitas sosial. Karena dengan membaca, kita mampu untuk merefleksikan dan merumuskan setiap permasalahan yang terjadi disekitar kita. Ia mencontohkan dengan sebuah lagu, bahwa setiap lagu yang diciptakan itu merupakan suatu ungkapan atas refleksi terhadap keadaan yang sedang dialami pada zamannya. “sebuah lagu adalah refleksi atas realitas sosial” ungkapnya. [RD]

Kamis, 13 Juni 2013

MEMPERTANYAKAN ULANG INDEPENDENSI LAPMI

MEMPERTANYAKAN ULANG INDEPENDENSI LAPMI
@abdull_chaniago

Ciputat- Konferensi Cabang (Konfercab) HMI Cabang Ciputat ke-44 resmi ditutup  tepat pada pukul  01.00 WIB (13/06). Asep Sholahuddin terpilih sebagai Formatur untuk periode 2013/2014 dengan perolehan 17 suara mengungguli rivalnya Doni  yang hanya mendapatkan 13 suara.

Konfercab merupakan pesta demokrasi semua komisariat. Ada beberapa hal yang menarik yang perlu diperhatikan terkait dinamika yang terjadi di Konfercab tersebut, yakni peranan media pers.

Pada tabloid ruang (Edisi V/ Juni 2013) yang dikeluarkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) menyampaikan beberapa berita dan artikel yang berkaitan erat dengan konfercab.

Jika penulis boleh  menilai, entah ini secara objektif maupun subjektif, Lapmi saat ini tidak independen lagi. Lapmi tidak dapat lagi menyandang nama besar HMI, karena Lapmi tidak lagi berkesesuaian dengan asas independensi HMI maupun pers. Lapmi seolah milik salah satu kelompok dan sarat akan kepentingan.

Hal ini terindikasi dari dibagikannya tabloid Ruang tepat di saat pembukaan konfercab. Kemudian, indikasi lainnya adalah di dalam tabloid tersebut terdapat artikel salah satu calon kandidat formatur. Judul artikel “Menuju Perbaikan HMI Cabang Ciputat; Refleksi Seorang Kader” senada dengan judul dan isi dari makalah yang disampaikan pada saat debat kandidat.

Dalam tradisi politik praktis, hal ini disebut sebagai sosialisasi pencitraan. Yakni, disaat konfercab diramaikan oleh anggota HMI dari seluruh komisariat Ciputat, salah satu calon mensosialisasikan makalahnya dalam bentuk artikel pada tabloid ruang dengan mengatasnamakan Lapmi.


Idealnya, bagi penulis, media massa itu seharusnya menjadi sebuah wadah untuk mendistribusikan informasi secara proporsional, tidak memihak, dan bersikap objektif. pers harus menghindari hal-hal yang berbau politis agar dapat mengakomodir semua kalangan dan dapat menjadi wadah milik bersama, yaitu HMI Ciputat.

KONFERCAB DAN HARAPAN BARU . . .?


KONFERCAB DAN HARAPAN BARU . . .?
oleh Ramdhany

Usai sudah pesta demokrasi kader, Konferensi Cabang (Konfercab) resmi ditutup tepat pada pukul 13.00 WIB (13/06). HMI Cabang Ciputat kini telah menetapkan beberapa keputusan yang bersifat final untuk kepengrusan periode 2013-2014 M.

Di Mata sebagian banyak kader mungkin Konfercab adalah moment kepentingan politik semata. tetapi lebih dari itu, Konfercab merupakan sebuah moment di mana seluruh kader --repersentatif dari komisariat-- menuangkan semua ide dan gagasannya untuk penentuan roda organisasi kedepannya.

Di dalam Konfercab tersebut telah ditetapkan beberapa keputusan, seperti menetapkan beberapa program kerja yang direkomendasikan dan diparipurnakan pada sidang Pleno III. Ali Wafa (Komfisip) sebagai pimpinan sidang komisi B mempersentasikan di depan forum mengenai apa yang telah disepakati di Komisi tersebut.  

Terdapat 43 rekomendasi program yang telah diajukan oleh komisi B yang itu merupakan hal yang penting dan mendasar, diantaranya adalah pembentukan Kohati Komisariat, mengawal pembentukan Komisariat Legoso, penertiban administrasi pengurus Cabang dan Badan Pengelola Latihan (BPL), NDP Lecture, Pengayaan Pemateri muda untuk lima materi wajib, Loka Karya Basic Demand, Safari intelektual, Pembuatan rekening organisasi, pengayaan perpustakaan dan klinik HMI Ciputat, pembuatan Buletin mingguan, Jurnal, website, HMI Cabang Ciputat Culture Expo dan lain sebagainya.

Pada Pleno IV ditetapkan nama-nama yang terpilih sebagai Majlis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang (MPKPC) . Ada tujuh nama yang terpilih yaitu diantaranya Kanda Anwar su`eb (Komfuf) dan Kanda Ridho Akmal (Komfaksy).

Pada pemilihan berikutnya, Kanda Asep Sholahuddin terpilih sebagai Formatur dengan perolehan 17 suara menggunguli Kanda Doni yang hanya mendapatkan 13 suara. Kemudian, Kanda Alvi dan AW (ed) menempati posisi sebagai mid formatur I dan II.

Bukan aku atau kamu, Inilah HMI kita. Semoga saja keputusan apapun yang telah ditetapkan merupakan keputusan yang bisa diterima oleh semua kader. Dan besar harapan kami bagi kepengurusan HMI Cabang Ciputat Periode 2013-2014 dapat mengakomodir semua aspirasi kader dan menjalankan amanah Konfercab sebagai mana mestinya. wallahu a`lam

Pantaskanlah dan Aku Pasti . . . ! ! !

Sabtu, 08 Juni 2013

Ciputat Sekarang, 10 Juni 2013 : Sebuah Coretan



Ciputat Sekarang, 10 Juni 2013 :
Sebuah Coretan : Ramdhany
Satu hari menjelang Konferensi Cabang (Konfercab) HMI Ciputat (10/06), ada beberapa hal yang seharusnya menjadi pe`er dan evaluasi kita bersama. Mengembalikan lagi posisi Ciputat sebagai pusat khazanah intelektual, mungkin itu suatu harapan yang ideal dan mulia. Akan tetapi jika seandainya kita bercermin kepada realitas yang terjadi sekarang,yang terasa adalah kejumudan intelektual yang sedang menjerat cabang ini.
Tidak bisa dipungkiri, semangat dan kesadaran kader untuk menjadi insan akademis, pencipta dan pengabdi sangat minim. lingkar-lingkar kajian sepi tak ubah seperti pasar tradisional yang berdampingan dengan pusat jajanan tradisional. forum-forum diskusi tidak lagi diminati. tradisi menulis di kalangan mahasiswa tidak ada ke-khas-an tersendiri, terkecuali hanya sebatas memuaskan gairah dan hasrat dosen dengan menyiapkan tugas kuliah berupa makalah yang itu pun mereka buat dengan begitu instan. penelitian ilmiah (riset) hanya menjadi pekerjaan rumah bagi mereka yang mempunyai kepentingan di dalamnya.
Moment Konfercab dalam pandangan sebagian banyak kader hanya sebatas ritual politis semata. Di dalamnya berkumpul para elit yang haus akan kekuasaan dan jabatan. pencitraan, lobi-melobi, tarik menarik, gesekan bahkan politik transaksional menjadi hal yang lumrah. Gagasan serta idelasisme untuk sementara mereka tinggalkan, hitungan matematis menjadi dasar kebenaran dan kemenangan.
Mungkin kita sedang berada dalam zaman kegelapan (dark ages). cahanya pengetahuan dan rasionalitas tak lagi dijunjung tinggi. tidak ada lagi sebuah pedoman yang menjadi rujukan. Konstitusi hanya menjadi teks mati, mission hanya bualah belaka dan NDP diposisikan sebagai ideologi semu.
Kenyataan praktis tidak berbanding lurus dengan realitas teoritis. tidak terjadi keseimbangan dalam tubuh HMI ini. kritik hanya dijadikan alat untuk menyerang lawan, meski apa yang ia tuntut tidak berlandaskan atas argumentasi yang logis.
Jika seandainya Konfercab kali ini hanya dijadikan moment politis semata, lantas tak usah kita berharap untuk menghidupkan kembali “ruh” ke-Ciputat-an dengan tradisi intelektualnya yang dahulu sempat menggegerkan HMI se-Indonesia.
Inilah Ciputat sekarang, Bukan dulu dan bukan esok hari. Lantas Biarlah kita melebur bersama waktu. Wallahu a`lam
 #Save-Ciputat #Save-Perkaderan #Save-Konfercab

Kamis, 30 Mei 2013

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

TAFSIR INDEPENDENSI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A.    PEDAHULUAN
Menurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas dan merdeka. Karenanya kemerdekaan pribadi adalah hak yang pertama. Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari pada kemerdekaan itu. Sifat dan suasana bebas dan kemerdekaan seperti diatas, adalah mutlak diperlukan terutama pada fase/saat manusia berada dalam pembentukan dan pengembangan. Masa/fase pembentukan dari pengembangan bagi manusia terutama dalam masa remaja atau generasi muda.
Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah ciri dari kelompok elit dalam generasi muda, yaitu kelompok mahasiswa itu sendiri. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis yang didasarkan pada obyektif yang harus diperankan mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik apabila mereka dalam suasana bebas merdeka dan demokratis obyektif dan rasional. Sikap ini adalah yang progresif (maju) sebagai ciri dari pada seorang intelektual. Sikap atas kejujuran keadilan dan obyektifitas.
Atas dasar keyakinan itu, maka HMI sebagai organisasi mahasiswa harus pula bersifat independen. Penegasan ini dirumuskan dalam pasal 6 Anggaran Dasar HMI yang mengemukakan secara tersurat bahwa "HMI adalah organisasi yang bersifat independen"sifat dan watak independen bagi HMI adalah merupakan hak azasi yang pertama.
Untuk lebih memahani esensi independen HMI, maka harus juga ditinjau secara psikologis keberadaan pemuda mahasiswa Islam yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam yakni dengan memahami status dan fungsi dari HMI.
B.     STATUS DAN FUNGSI HMI
Status HMI sebagai organisasi mahasiswa memberi petunjuk dimana HMI berspesialisasi. Dan spesialisasi tugas inilah yang disebut fungsi HMI. Kalau tujuan menujukan dunia cita yang harus diwujudkan maka fungsi sebaliknya menunjukkan gerak atau kegiatan (aktifitas) dalam mewujudkan (final goal). Dalam melaksanakan spesialisasi tugas tersebut, karena HMI sebagai organisasi mahasiswa maka sifat serta watak mahasiswa harus menjiwai dan dijiwai HMI. Mahasiswa sebagai kelompok elit dalam masyarakat pada hakikatnya memberi arti bahwa ia memikul tanggung jawab yang benar dalam melaksanakan fungsi generasinya sebagai kaum muda muda terdidik harus sadar akan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Karena itu dengan sifat dan wataknya yang kritis itu mahasiswa dan masyarakat berperan sebagai "kekuatan moral" atau moral forces yang senantiasa melaksanakan fungsi "social control". Untuk itulah maka kelompok mahasiswa harus merupakan kelompok yang bebas dari kepentingan apapun kecuali kepentingan kebenaran dan obyektifitas demi kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Dalam rangka penghikmatan terhadap spesialisasi kemahasiswaan ini, maka dalam dinamikanya HMI harus menjiwai dan dijiwai oleh sikap independen.
Mahasiswa, setelah sarjana adalah unsur yang paling sadar dalam masyarakat. Jadi fungsi lain yang harus diperankan mahasiswa adalah sifat kepeloporan dalam bentuk dan proses perubahan masyarakat. Karenanya kelompok mahasiswa berfungsi sebagai duta-duta pembaharuan masyarakat atau "agent of social change". Kelompok mahasiswa dengan sikap dan watak tersebut di atas adalah merupakan kelompok elit dalam totalitas generasi muda yang harus mempersiapkan diri untuk menerima estafet pimpinan bangsa dan generasi sebelumnya pada saat yang akan datang. Oleh sebab itu fungsi kaderisasi mahasiswa sebenarnya merupakan fungsi yang paling pokok. Sebagai generasi yang harus melaksanakan fungsi kaderisasi demi perwujudan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat, bangsa dan negaranya di masa depan maka kelompok mahasiswa harus senantiasa memiliki watak yang progresif dinamis dan tidak statis. Mereka bukan kelompok tradisionalis akan tetapi sebagai "duta-duta pembaharuan sosial" dalam pengertian harus menghendaki perubahan yang terus menerus ke arah kemajuan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran. Oleh sebab itu mereka selalu mencari kebenaran dan kebenaran itu senantiasa menyatakan dirinya serta dikemukakan melalui pembuktian di alam semesta dan dalam sejarah umat manusia. Karenanya untuk menemukan kebenaran demi mereka yang beradab bagi kesejahteraan umat manusia maka mahasiswa harus memiliki ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh nilai kebenaran dan berorientasi pada masa depan dengan bertolak dari kebenaran Illahi. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran demi mewujudkan beradaban bagi kesejahteraan masyarakat bangsa dan negara maka setiap kadernya harus mampu melakukan fungsionalisasi ajaran Islam.

Watak dan sifat mahasiswa seperti tersebut diatas mewarnai dan memberi ciri HMI sebagai organisasi mahasiswa yang bersifat independen. Status yang demikian telah memberi petunjuk akan spesialisasi yang harus dilaksanakan oleh HMI. Spesialisasi tersebut memberikan ketegasan agar HMI dapat melaksanakan fungsinya sebagai organisasi kader, melalui aktifitas fungsi kekaderan. Segala aktifitas HMI harus dapat membentuk kader yang berkualitas dan komit dengan nilai-nilai kebenaran. HMI hendaknya menjadi wadah organisasi kader yang mendorong dan memberikan kesempatan berkembang pada anggota-anggotanya demi memiliki kualitas seperti ini agar dengan kualitas dan karakter pribadi yang cenderung pada kebenaran (hanief) maka setiap kader HMI dapat berkiprah secara tepat dalam melaksanakan pembaktiannya bagi kehidupan bangsa dan negaranya.

C.    SIFAT INDEPENDEN HMI
           Watak independen HMI adalah sifat organisasi secara etis merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan "Hakekat dan Mission" organisasi HMI dalam kiprah hidup berorganisasi bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Watak independen HMI yang tercermin secara etis dalam pola pikir pola sikap dan pola laku setiap kader HMI akan membentuk "Independensi etis HMI", sementara watak independen HMI yang teraktualisasi secara organisatoris di dalam kiprah organisasi HMI akan membentuk "Independensi organisatoris HMI".
           Independensi etis adalah sifat independensi secara etis yang pada hakekatnya merupakan sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Fitrah tersebut membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung pada kebenaran (hanief). Watak dan kepribadian kader sesuai dengan fitrahnya akan membuat kader HMI selalu setia pada hati nuraninya yang senantiasa memancarkan keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran adalah ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA. Dengan demikian melaksanakan independensi etis bagi setiap kader HMI berarti pengaktualisasian dinamika berpikir dan bersikap dan berprilaku baik "hablumminallah" maupun dalam "hablumminannas" hanya tunduk dan patuh dengan kebenaran.
           Aplikasi dari dinamika berpikir dan berprilaku secara keseluruhan merupakan watak azasi kader HMI dan teraktualisasi secara riil melalui, watak dan kepribadiaan serta sikap-sikap yang : 
·         Cenderung kepada kebenaran (hanief)
·         Bebas terbuka dan merdeka
·         Obyektif rasional dan kritis
·         Progresif dan dinamis
·         Demokratis, jujur dan adil
           Independensi organisatoris adalah watak independensi HMI yang teraktualisasi secara organisasi di dalam kiprah dinamika HMI baik dalam kehidupan intern organisasi maupun dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

Independensi organisatoris diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional HMI secara organisatoris senantiasa melakukan partisipasi aktif, kontruktif, korektif dan konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita semakin hari semakin terwujud. Dalam melakukan partisipasi partisipasi aktif, kontruktif, korektif dan konstitusional tersebut secara organisasi HMI hanya tunduk serta komit pada prinsip-prinsip kebenaran dan obyektifitas.
           Dalam melaksanakan dinamika organisasi, HMI secara organisatoris tidak pernah "committed" dengan kepentingan pihak manapun ataupun kelompok dan golongan maupun kecuali tunduk dan terikat pada kepentingan kebenaran dan obyektifitas kejujuran dan keadilan.
           Agar secara organisatoris HMI dapat melakukan dan menjalankan prinsip-prinsip independensi organisatorisnya, maka HMI dituntut untuk mengembangkan "kepemimpinan kuantitatif" serta berjiwa independen sehingga perkembangan, pertumbuhan dan kebijaksanaan organisasi mampu diemban selaras dengan hakikat independensi HMI. Untuk itu HMI harus mampu menciptakan kondisi yang baik dan mantap bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas-kualitas kader HMI. Dalam rangka menjalin tegaknya "prinsip-prinsip independensi HMI" maka implementasi independensi HMI kepada anggota adalah sebagai berikut :
·         Anggota-anggota HMI terutama aktifitasnya dalam melaksanakan tugasnya harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan organisasi serta membawa program perjuangan HMI. Oleh karena itu tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan dengan membawa organisasi atas kehendak pihak luar manapun juga.
·         Mereka tidak dibenarkan mengadakan komitmen-komitmen dengan bentuk apapun dengan pihak luar HMI selain segala sesuatu yang telah diputuskan secara organisatoris.
·         Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang menruskan dan mengembangkan watak independensi etis dimanapun mereka berada dan berfungsi sesuai dengan minat dan potensi dalam rangka membawa hakikat dan mission HMI. Dan menganjurkan serta mendorong alumni untuk menyalurkan aspirasi kualitatifnya secara tepat dan melalui semua jalur pembaktian baik jalur organisasi profesional kewiraswastaan, lembaga-lembaga sosial, wadah aspirasi poilitik lembaga pemerintahan ataupun jalur-jalur lainnya yang semata-mata hanya karena hak dan tanggung jawabnya dalam rangka merealisir  kehidupan  masyarakat  adil  makmur yang diridhoi Allah SWT. Dalam menjalankan garis independen HMI dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, pertimbangan HMI semata-mata adalah untuk memelihara mengembangkan anggota serta peranan HMI dalam rangka ikut bertanggung jawab terhadap negara dan bangsa. Karenanya menjadi dasar dan kriteria setiap sikap HMI semata-mata adalah kepentingan nasional bukan kepentingan golongan atau partai dan pihak penguasa sekalipun. Bersikap independen berarti sanggup berpikir dan berbuat sendiri dengan menempuh resiko. Ini adalah suatu konsekuensi atau sikap pemuda. Mahasiswa yang kritis terhadap masa kini dan kemampuan dirinya untuk sanggup mewarisi hari depan bangsa dan negara.
D.    PERANAN INDEPENDENSI HMI DI MASA MENDATANG
           Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini maka tidak ada suatu investasi yang lebih besar dan lebih berarti dari pada investasi manusia (human investment). Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir tujuan, bahwa investasi manusia yang kemudian akan dihasilkan HMI adalah adanya suatu kehidupan yang sejahtera material, spiritual adil dan makmur serta bahagia.
           Fungsi kekaderan HMI dengan tujuan terbinanya manusia yang beriman, berilmu dan berperikemanusiaan seperti tersebut di atas maka setiap anggota HMI dimasa datang akan menduduki jabatan dan fungsi pimpinan yang sesuai dengan bakat dan profesinya.

Hari depan HMI adalah luas dan gemilang sesuai status fungsi dan perannya dimasa kini dan masa mendatang yang menuntut kita pada masa kini untuk benar-benar dapat mempersiapkan diri dalam menyongsong hari depan HMI yang gemilang.
           Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak organisasi berarti HMI harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar keyakinan dan kebenaran. Maka konsekuensinya adalah bentuk aktifitas fungsionaris dan kader-kader HMI harus berkualitas sebagaimana digambarkan dalam kualitas insan cita HMI. Soal mutu dan kualitas adalan konsekuensi logis dalam garis independen HMI harus disadari oleh setiap pimpinan dan seluruh anggota-anggotanya adalah suatu modal dan dorongan yang besar untuk selalu meningkatkan mutu kader-kader HMI sehingga mampu berperan aktif pada masa yang akan datang.
        Wabilahittaufiq Wal Hidayah