oleh: Nur Hanisah (Pemenang Lomba Penulisan Esai-KOMFUF AWARDS 2012)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
berdiri pada 5 Februari 1948. Kini, 64 tahun sudah usia HMI. Sebagai sebuah
organisasi pengkaderan, HMI telah teruji dan mendapat pengakuan baik dari dalam
maupun luar negeri. Dalam rentan waktu yang cukup panjang HMI melahirkan
kader-kader berkualitas diberbagai bidang. Mereka pun mewarnai setiap lini dan
aspek kehidupan bangsa ini.
Dalam lintas sejarah, HMI memiliki
fase-fase penting. Jika ditilik dari tahun berdirinya, yakni masa-masa awal
pasca kemerdekaan, HMI terlibat langsung dengan penjajahan yang masih bercokol
di Indonesia. Sehingga banyak pendapat yang mengatakan bahwa berdirinya HMI
adalah sebagai upaya untuk menjaga kesatuan NKRI. Selain terlibat kontak
langsung dalam mengusir penjajah –Belanda-, HMI juga terlibat kontak dengan
Partai Komunis Indonesia (PKI) pada September 1948. Konflik tersebut memuncak pada
tahun 1965. Sehingga muncul jargon yang didengungkan PKI, “Ganyang HMI”.
Pada perjalanan selanjutnya (antara
tahun 1960-1970an), HMI digadang-gadang sebagai pioner dari gerakan pembaruan
pemikiran Islam Indonesia. Gagasan Nurcholish Majid kala itu seperti bom yang
memberi ledakan diskursus pemikiran Islam. Setelah mengoritkan Nurcholish Majid
dengan ide pembaruan Islam, HMI tidak berhenti berkontribusi bagi umat dan
bangsa. HMI kemudian terlibat dalam partisipasi pembangunan bangsa. Banyak
kader-kader HMI yang duduk di kursi pemerintahan. Fakta tersebut dapat kita
saksikan hingga saat ini.
Pada umumnya, tokoh yang terlahir
dari HMI mengasah wawasan serta kemampuannya berfikirnya ketika menjalani studi
di perguruan tinggi/kampus. Aktivitas yang mereka jalani tidak hanya dibangku
kuliah. Lebih dari itu, mereka mencurahkan waktu aktivitasnya diberbagai forum
diskusi dan organisasi ekstra kampus. Dari sinilah karekter dan kepribadian masing-masing
mereka terbentuk.
HMI Cabang Ciputat dan UIN Jakarta
Selain sebagai organisasi
pengkaderan, HMI juga dikenal sebagai organisasi kemahasiswaan. Pengaruhnya sebagai
organisasi ekstra kampus cukup kuat dalam membentuk dinamika kemahasiswaan. HMI
seakan memberi “pesona” bagi mahasiswa yang melihatnya. Inilah yang membuat HMI
disebut sebagai mitra perguruan tinggi/kampus.
Dalam konteks kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, keberadaan kader-kader HMI secara kuantitas tidak
diragukan lagi. Mereka terdiri dari mahasiswa dan dosen, atau yang disebut
KAHMI (Korps Alumni HMI). Kader HMI di UIN Jakarta tergabung dalam komisariat yang
dibentuk di tiap-tiap Fakultas. Semua komisariat tersebut berada dibawah
naungan HMI Cabang Ciputat. Selain menaungi komisariat yang ada di UIN, HMI
Cabang Ciputat juga menjadi induk bagi komisariat yang ada di sekitar UIN
seperti komisariat Universitas Pamulang, STIE Ahmad Dahlan, komisariat Bintaro
dan Cirendeu.
Berbagai aktivitas kegiatan
diselenggarakan anggota komisariat. Selain kegiatan Latihan Kader I yang
menjadi agenda wajib dan trademark setiap komisariat, mereka juga kerap
mengadakan kegiatan yang bersifat student need dan student interest.
Kegiatan yang bersifat student need biasanya teraplikasikan dalam bentuk
pelatihan, diskusi kelompok atau bahkan seminar terbuka. Kegiatan ini tidak dapat
dipisahkan dari mahasiswa dan kader. Kegiatan tersebut adalah kebutuhan mutlak
bagi mereka. Sementara kegiatan bersifat student interest biasanya
dilakukan dalam bentuk perlombaan olahraga, kesenian dan pengembangan kerjasama
lintas organisasi.
Keberadaan HMI Cabang Ciputat tidak
dapat dilepaskan dari nama besar UIN Jakarta. Berbicara HMI Cabang Ciputat,
maka berbicara UIN Jakarta pula. Tidak sedikit kader alumni HMI Cabang Ciputat
yang menepati “pos-pos” strategis dilingkungan birokrasi UIN Jakarta. Sebut saja
Komaruddin Hidayat yang sekarang menjadi Rektor UIN Jakarta, Azyumardi Azra
sebagai Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta dan masih banyak lagi
nama-nama kader alumni HMI yang menjadi Dekan dan Pembantu Dekan disetiap
Fakultas.
Disisi lain, kader HMI yang masih
aktif sebagai mahasiswa juga menepati berbagai posisi penting di Senat Jurusan,
Fakultas dan berbagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Dari sini, dapat dilihat
betapa kuat sinergi yang terjalin antara kader dan alumninya. Hal ini tidak
lain dilakukan untuk tetap menjaga proses pengkaderan HMI itu sendiri.
Menjadikan HMI sebagai Kampus Kedua
Dalam setiap Latihan Kader, selalu
disampaikan dengan tegas bahwa kader adalah tulang punggung organisasi. Secara
moral, kader HMI diberikan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian HMI itu
sendiri. Sehingga sering muncul istilah “Totalitas dan loyalitas untuk HMI”,
“kalo saja dada saya dibelah, maka darahnya yang mengalir akan membentuk
tulisan HMI”. Masih banyak lagi istilah lain yang mengindikasikan kecintaan
kader terhadap HMI.
Para kader menjadikan HMI sebagai
wadah untuk mengaplikasikan bakat mereka. Mereka yang hobi berdiskusi membentuk
forum-forum diskusi; yang hobi berolahraga membuat pertandingan olahraga antar
kader komisariat lainnya; yang ingin mahir sebagai penulis membentu forum
latihan menulis dan buletin-buletin sebagai wadah mengasah dan menyalurkan
tulisannya. Tentu saja ini menjadi warna bagi aktivitas kader selain kuliah di
kelas. Bahkan tidak jarang mereka lebih memilih aktivitas di HMI ketimbang
harus masuk kuliah.
Penulis mengamati banyak aktivis
HMI dalam soal kuliah ia “tertinggal” dengan teman sekelasnya. Namun perlu
dicatat, bahwa mereka tidak bodoh atau malas, akan tetapi lebih memilih HMI
sebagai masdar yang memberi banyak pengetahuan. Sehingga kapasitas
intelektual aktivis HMI pun hampir diatas rata-rata dan tidak diragukan lagi.
Pilihan berkecimpung di HMI agaknya
didasarkan pada sejarah, bahwa tokoh yang lahir dari HMI tidak “Jalan ditempat”,
alias diam saja saat menjadi kader. Ketika menempuh masa studinya sebagai
mahasiswa, mereka (tokoh-tokoh yang lahir dari HMI) terlibat aktif dalam
forum-forum diskusi diluar kelas, dalam hal ini HMI. Pengalaman berorganisasi
di HMI juga menjadi modal untuk diterapkan pada skala yang lebih besar. Maka
tidak heran jika HMI menjadi second campus dan rumah kedua bagi
kader-kadernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar