Minggu, 27 Mei 2012

HMI is Our’s


oleh: Nur Hanisah (Pemenang Lomba Penulisan Esai-KOMFUF AWARDS 2012)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri pada 5 Februari 1948. Kini, 64 tahun sudah usia HMI. Sebagai sebuah organisasi pengkaderan, HMI telah teruji dan mendapat pengakuan baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam rentan waktu yang cukup panjang HMI melahirkan kader-kader berkualitas diberbagai bidang. Mereka pun mewarnai setiap lini dan aspek kehidupan bangsa ini.
Dalam lintas sejarah, HMI memiliki fase-fase penting. Jika ditilik dari tahun berdirinya, yakni masa-masa awal pasca kemerdekaan, HMI terlibat langsung dengan penjajahan yang masih bercokol di Indonesia. Sehingga banyak pendapat yang mengatakan bahwa berdirinya HMI adalah sebagai upaya untuk menjaga kesatuan NKRI. Selain terlibat kontak langsung dalam mengusir penjajah –Belanda-, HMI juga terlibat kontak dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada September 1948. Konflik tersebut memuncak pada tahun 1965. Sehingga muncul jargon yang didengungkan PKI, “Ganyang HMI”.
Pada perjalanan selanjutnya (antara tahun 1960-1970an), HMI digadang-gadang sebagai pioner dari gerakan pembaruan pemikiran Islam Indonesia. Gagasan Nurcholish Majid kala itu seperti bom yang memberi ledakan diskursus pemikiran Islam. Setelah mengoritkan Nurcholish Majid dengan ide pembaruan Islam, HMI tidak berhenti berkontribusi bagi umat dan bangsa. HMI kemudian terlibat dalam partisipasi pembangunan bangsa. Banyak kader-kader HMI yang duduk di kursi pemerintahan. Fakta tersebut dapat kita saksikan hingga saat ini.
Pada umumnya, tokoh yang terlahir dari HMI mengasah wawasan serta kemampuannya berfikirnya ketika menjalani studi di perguruan tinggi/kampus. Aktivitas yang mereka jalani tidak hanya dibangku kuliah. Lebih dari itu, mereka mencurahkan waktu aktivitasnya diberbagai forum diskusi dan organisasi ekstra kampus. Dari sinilah karekter dan kepribadian masing-masing mereka terbentuk.
HMI Cabang Ciputat dan UIN Jakarta
Selain sebagai organisasi pengkaderan, HMI juga dikenal sebagai organisasi kemahasiswaan. Pengaruhnya sebagai organisasi ekstra kampus cukup kuat dalam membentuk dinamika kemahasiswaan. HMI seakan memberi “pesona” bagi mahasiswa yang melihatnya. Inilah yang membuat HMI disebut sebagai mitra perguruan tinggi/kampus.
Dalam konteks kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, keberadaan kader-kader HMI secara kuantitas tidak diragukan lagi. Mereka terdiri dari mahasiswa dan dosen, atau yang disebut KAHMI (Korps Alumni HMI). Kader HMI di UIN Jakarta tergabung dalam komisariat yang dibentuk di tiap-tiap Fakultas. Semua komisariat tersebut berada dibawah naungan HMI Cabang Ciputat. Selain menaungi komisariat yang ada di UIN, HMI Cabang Ciputat juga menjadi induk bagi komisariat yang ada di sekitar UIN seperti komisariat Universitas Pamulang, STIE Ahmad Dahlan, komisariat Bintaro dan Cirendeu.
Berbagai aktivitas kegiatan diselenggarakan anggota komisariat. Selain kegiatan Latihan Kader I yang menjadi agenda wajib dan trademark setiap komisariat, mereka juga kerap mengadakan kegiatan yang bersifat student need dan student interest. Kegiatan yang bersifat student need biasanya teraplikasikan dalam bentuk pelatihan, diskusi kelompok atau bahkan seminar terbuka. Kegiatan ini tidak dapat dipisahkan dari mahasiswa dan kader. Kegiatan tersebut adalah kebutuhan mutlak bagi mereka. Sementara kegiatan bersifat student interest biasanya dilakukan dalam bentuk perlombaan olahraga, kesenian dan pengembangan kerjasama lintas organisasi.
Keberadaan HMI Cabang Ciputat tidak dapat dilepaskan dari nama besar UIN Jakarta. Berbicara HMI Cabang Ciputat, maka berbicara UIN Jakarta pula. Tidak sedikit kader alumni HMI Cabang Ciputat yang menepati “pos-pos” strategis dilingkungan birokrasi UIN Jakarta. Sebut saja Komaruddin Hidayat yang sekarang menjadi Rektor UIN Jakarta, Azyumardi Azra sebagai Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta dan masih banyak lagi nama-nama kader alumni HMI yang menjadi Dekan dan Pembantu Dekan disetiap Fakultas.
Disisi lain, kader HMI yang masih aktif sebagai mahasiswa juga menepati berbagai posisi penting di Senat Jurusan, Fakultas dan berbagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Dari sini, dapat dilihat betapa kuat sinergi yang terjalin antara kader dan alumninya. Hal ini tidak lain dilakukan untuk tetap menjaga proses pengkaderan HMI itu sendiri.
Menjadikan HMI sebagai Kampus Kedua
Dalam setiap Latihan Kader, selalu disampaikan dengan tegas bahwa kader adalah tulang punggung organisasi. Secara moral, kader HMI diberikan tanggung jawab untuk menjaga kelestarian HMI itu sendiri. Sehingga sering muncul istilah “Totalitas dan loyalitas untuk HMI”, “kalo saja dada saya dibelah, maka darahnya yang mengalir akan membentuk tulisan HMI”. Masih banyak lagi istilah lain yang mengindikasikan kecintaan kader terhadap HMI.
Para kader menjadikan HMI sebagai wadah untuk mengaplikasikan bakat mereka. Mereka yang hobi berdiskusi membentuk forum-forum diskusi; yang hobi berolahraga membuat pertandingan olahraga antar kader komisariat lainnya; yang ingin mahir sebagai penulis membentu forum latihan menulis dan buletin-buletin sebagai wadah mengasah dan menyalurkan tulisannya. Tentu saja ini menjadi warna bagi aktivitas kader selain kuliah di kelas. Bahkan tidak jarang mereka lebih memilih aktivitas di HMI ketimbang harus masuk kuliah.
Penulis mengamati banyak aktivis HMI dalam soal kuliah ia “tertinggal” dengan teman sekelasnya. Namun perlu dicatat, bahwa mereka tidak bodoh atau malas, akan tetapi lebih memilih HMI sebagai masdar yang memberi banyak pengetahuan. Sehingga kapasitas intelektual aktivis HMI pun hampir diatas rata-rata dan tidak diragukan lagi.
Pilihan berkecimpung di HMI agaknya didasarkan pada sejarah, bahwa tokoh yang lahir dari HMI tidak “Jalan ditempat”, alias diam saja saat menjadi kader. Ketika menempuh masa studinya sebagai mahasiswa, mereka (tokoh-tokoh yang lahir dari HMI) terlibat aktif dalam forum-forum diskusi diluar kelas, dalam hal ini HMI. Pengalaman berorganisasi di HMI juga menjadi modal untuk diterapkan pada skala yang lebih besar. Maka tidak heran jika HMI menjadi second campus dan rumah kedua bagi kader-kadernya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar