Oleh Arsyad (Kader HMI KOMFUF)
Islam
merupakan Agama
yang paling besar penganutnya di Indonesia di bandingkan dengan Agama-Agama
yang lain, Hal ini semata-mata berkat perjuangan ulama-ulama terdahulu, Para ulama
bersusah payah untuk mengislamisasikan penduduk Indonesia dengan berbagai Cara.
Perdebatan yang begitu panjang dikalangan para sejarawan mengenai dimana awal mulanya
masuk Islam ke Indonesia. Mereka
mempunyai argumen yang berbeda tentu dengan meneliti dari berbagai
peningalan-peningalan Sejarah yang bisa di ambil sebuah seferensi baik berupa
naskah maupun benda.
Aceh
merupakan daerah yang pertama kali datangnya Islam ke Indonesia, Sebagian ahli
Sejarah mengklaim bahwa Islam pertama kali datang ke Indonesia adalah di Perlak
Aceh Timur, Sebagian yang lainnya mengatakan bahwa pertama kali datangnya Islam
ke Indonesia adalah kerajaan islam samudra Pasai di Aceh Utara. Persi yang
ditulis badri yatim dalam buku “ Sejarah Peradaban Islam”, mengklaim bahwa
Islam pertama kali datang ke Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan
ini diperkirakan berdiri pada abad ke 13 masehi, sebagai hasil dari Islamisasi
daerah-daerah pantai yang pernah di singahi pedagang-pedagang Islam sejak abad
ke-7 hingga ke-8 masehi dan seterusnya.
Peta Kerajaan Samudra Pasai
Bukti
berdirinya kerajaan Islam Samudra Pasai pada abad ke-13 M didukung oleh adanya
nisan kubur terbuat dari granit asal Samudra Pasai dan juga ditemukannya makam
raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat
reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan
Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja
tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik
al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan
sultan Islam pertama di Indonesia.. Dari nisan tersebut kita dapat mengetahui
raja pertama kerajaan Islam samudra pasai meninggal pada bulan ramadhan tahun
696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1287 M
Nisan Peningalan Samudra Pasai Makam
Raja-Raja Samudra Pasai
Kerajaan
Samudra Pasai didirikan oleh Malikussaleh (1270-1297) yang nama aslinya Meurah
Seulu, putra dari Merah Gajah. Namanya semakin terkenal setelah mendudukkan
sejumlah kerajaan kecil di sekitarnya dan menyingkirkan meugat Al-Nazar dari
kerajaan seumerlang. Kerajaan Islam Samudra Pasai adalah kerajaan terkenal
dalam lintas sejarah dunia. Seorang pengembara dunia Marcopolo pernah singah di
Pasai sekembalinya dari negeri Cina pada tahun 1292 M. Namun tidak ditemukan
cacatan pebting dari Marcopolo tentang perihal pemerintah Samudra Pasai kecuali
perihal kemajuan bandarnya yang disinggahi pedagang-pedagang asing, pada abad
ke-13 Pasai dan Pidie menjadi pusat perdagangan internasional yang salah satu
ekspor utamanya adalah lada. Pedagang-pedagang dari anak benua India terdiri
dari orang-orang Gujarat, Benggala, dan Keling serta pedagang-pedagang dari
Pegu, Siam, dan Kedah menjalankan kegiatan perdagangannya diselat Malaka, yang
sebagian dari padanya berdagang di Pasai, sebagian besar lagi di Pidie dan
selebihnya menjalankan perdagangannya di selat Malaka, hubungan perdagangan
antara Pasai dan Jawa berkembang dengan pesatnya. Dari berbagai daerah dan
negara yang berdagang dipasai,maka, disinilah terjadi pengislamisasian
penduduk-penduduk Pasai, melalui perdagangan inilah tahap demi tahapIislam
masuk. selain Marcopolo, seorang
pengembara Islam yang pernah singgah di samudra Pasai adalah Ibnu Matutah pada
tahun 1345 M, dalam perjalannya dari Delhi ke Cina. ketika itu Samudra Pasai
diperintah oleh Sultan Malik Al-Zahir, putera sultan Malik al-Saleh. Matutah
pernah bertemu sebuah kapal Pasai di negeri Cina. Beberapa sumber Cina
menyebutkan bahwa pada permulaan abad ke-15 utusan-utusan Samudra Pasai
mengujungi negeri Cina untuk menyampaikan upeti-upeti dengan mengunakan
kapal-kapal yang datang dari Melaka yang pada masa itu berada dalam proses
pengembangan bandar dagang yang besar. Perdagangan yang menjadi basis hubungan-hubungan
yang tetap dengan kerajaan-kerajaan luar seperti dengan Malaka, Cina, India dan
sebagainya, telah menjadikan Kerajaan Islam Samudera Pasai sebagai sebuah
Kerajaan Islam yang sangat terkenal dan berpengaruh di kawasan Asia Tenggara
terutama pada abd ke XIV dan XV. Karena kebesarannya itu, maka Kerajaan Islam
Samudera Pasai telah pula dapat mengembangkan penyiaran agama Islam ke
wilayah-wilayah lainnya di Nusantara pada waktu itu.
Diantaranya
ke Minangkabau, Palembang, Jambi, Patani, Malaka, Jawa dan beberapa kerajaan
pantai di sekitarnya. Pada abad ke XIV Kerajaan Islam Samudera Pasai menjadi
pusat studi agama Islam dan juga tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai
negara Islam untuk berdiskusi tentang masalah-masalah keduniawian dan keagamaan.
Berdasarkan berita dari Ibn.Batutah, seorang pengembara asal Maroko yang
mengunjungi Samudera Pasai pada tahun 1345/6, kerajaan ini berada pada puncak
kejayaannya. Ibn-Batutah berada dikerajaan ini selama dua minggu dan telah
melihat banyak tempat ini(kraton Samudera Pasai), mempunyai benteng di
sekelilingnya. Dia telah diterima oleh wakil laksamana di Balairung dan telah
diberi persalinan menurut adat setempat. Pada hari ketiga di sana Ibn Batutah
mendapat kesempatan untuk menghadap sultan yang memerintah pada ketika itu
yaitu Sultan Malikul Zahir yang dianggapnya sebagai sultan yang termasyur dan
peramah. Selama di Samudera Pasai Ibn Batutah telah berjumpa dengan tiga orang
ulama terkenal, yang masing-masing bernama Amir Dawlasa berasal dari Delhi (India),
Kadi Amir Said berasal dari Shiraz dan Tajuddin berasal dari Ispahan. Dan
disebutkan bahwa sultan Samudera Pasai sangat suka berdiskusi masalah-masalah
agama dengan ulama-ulama itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar