Oleh Dian Sari Pertiwi (Kader HMI Cabang Ciputat)
Siapa pun di negeri ini tentu mengetahui bahwa negara kita menganut
demokrasi pancasila. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
pengejawantahan atas pluralnya bangsa ini. Terdiri dari suku, budaya dan bahasa
yang beragam Indonesia menjadi negara multikultural yang patut dibanggakan.
Namun agaknya kebanggaan itu kini tercoreng akibat terjadinya
disintegrasi beberapa waktu belakangan ini. Papua kembali memanas dan memakan
korban jiwa. Tidak adanya ruang publik bagi warga Papua untuk menyampaikan
kebutuhan dan aspirasinya menjadikan demokrasi bagi mereka seolah panggang jauh
dari api. Padahal demokrasi bukan sebatas wacana di atas kertas, demokrasi
adalah hak konkret setiap warga negara yang harus dapat dinikmati. Demokrasi
bukan sebatas milik penduduk wilayah pulau Jawa, karena Papua juga bagian dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Saya melihat kejadian di Papua dari sudut pandang seorang Marx yang
menyatakan bahwa tingkat ketidakmerataan distribusi sumber-sumber, terutama
kekuasaan merupakan determinan konflik kepentingan obyektif. Konflik terjadi
ketika sebagian orang memperoleh atau meguasai sumber, sedangkan yang lainnya
tidak memperoleh sama sekali.
Kita sama tahunya bahwa Papua adalah bumi yang kaya akan tembaga
dan emas, namun tembaga dan emas itu tidak dapat memakmurkan penduduk Papua.
Mereka terasing di tanahnya sendiri. Seperti orang yang diperdaya dan tidak
pernah ada niat pemerintah untuk memberdayakan mereka. Mereka tidak diizinkan
untuk mengelola sumber daya alamnya.
Ada subtansi yang kosong dalam demokrasi pancasila yang ada di
negara kita. Meminjam istilah Donny Gahral ‘Demokrasi Kertas’. Demokrasi seharusnya
membebaskan tiap warga negaranya untuk mendapatkan haknya, hak sipil dan hak
politik. Konflik Papua hanya segelintir contoh dari gagalnya pengimplementasian
konsep demokrasi pancasila negara ini.
Jika
tidak segera diselesaikan pada inti masalah, konflik ini akan senantiasa mudah
untuk disulut kembali. Papua tidak membutuhkan tentara dan polisi setiap ada
konflik, yang mereka butuhkan adalah demokrasi yakni kebebasan, kesetaraan dan
kesejahteraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar