Senin, 28 Januari 2013

Ibu dan Sejarah Hidup

Ibu dan Sejarah Hidup
Annalia Bahar
          
Sejak kecil sampai sekarangpun sering terdengar pesan Nabi “ Surga itu dibawah telapak kaki ibu” Ini mengindikasikan bahwa strata seorang ibu dalam kaca mata agama sangat diagungkan dan dimuliakan.
Surga yang berada ditelapak kaki ibu sebagaimana pesan Rasulullah saw, ditafsirkan surga berada ditelapak kakinya. Namun, ini merupakan ilustrasi bahwa kesempatan dalam mendapatkan kebaikan dan pengarahan adalah ada pada ibu. Oleh karena itu, Ibu adalah sosok signifikan dalam menentukan arah kehidupan seorang anak
Seorang ibu ibarat nahkoda kapal yang menentukan tujuan dan arah kemana kapal akan melaju. Sehingga dalam pesan ulama menyatakan” Ibu adalah pendidik dan sekolah pertama yang didapat seorang anak”. Dengan demikian, sungguh kiranya seorang ibu harus mampu memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak dengan nilai-nilai agama, sosial, lingkungan dan sebagainya.  

Pengajaran dan Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan merupakan komponen yang berbeda, Pengajaran adalah memberikan pemahaman dan mengajarkan nilai, moral, dan hal-hal yang menyangkut tentang etika secara universal. Sedangkan pendidikan memberikan sebuah gambaran hidup yang  pijakannya lebih pada kesuksesan hidup. Maka sering kali istilah yang digunakan “kurang ajar” ketika seseorang berprilaku buruk didepan orang lain bukan kurang pendidikan..
Konsekuensi logisnya adalah apapun yang didapat anak dari sang ibu, maka itulah yang akan menjadi bingkisan dan kado yang akan selalu membuntuti dan terekam dalam benak sang anak dalam mengaruhi derasnya arus kehidupan.
Dibalik itu semua, hubungan harmonis dan seimbang harus pula terjalin dari keduanya. Artinya, dengan pengajaran dan pendidikan yang diberikan seorang ibu pada anak, maka kewajiban akan menghormati dan tunduk padanya adalah suatu hal yang mutlak.

Ibu sebagai Sejarah Hidup
Mengapa kemudian ibu itu dikatakan sebagai sejarah hidup? Pertanyaan ini sebenarnya sudah terjawab dibenak pembaca semua, karena berkat perjuangan ibulah hidup ini dapat dinikmati. Namun sekedar membangkitkan sensibilitas kita semua, seseorang bisa sukses, berkarier dan menikmati keglamouran dunia akibat dukungan do’a, materi dan perjuangan dari kedua orang tua dalam hal ini ibu.
Sehebat dan secerdas apapun seseorang dalam hidup ini,  tidak  akan menikmatinya tanpa perjuangan seorang ibu. kalaupun bisa sekaya dan sebanyak apapun harta yang mereka miliki pasti dunia ini akan terasa sempit dan susah. Terimah kasih ibu...!
Itulah sebabnya, dalam literatur arab ibu adalah “ummu” yang berarti pemimpin. Dalam sebuah negara, hancur atau suksesnya negara itu tergantung kepada pemimpin negara itu sendiri. Begitu pula seorang ibu, posisi sebagai seorang pemimpin adalah signifikan terhadap pola berpikir seorang anak.
Menghormati seorang ibu dalam ajaran agama bukan hanya karena persoalan ibu mengandung selama sembilan bulan, memberikan ASI dan sebagainya, melainkan penciptaannya untuk menjadi seorang pemimpin bagi anak-anak mereka.
Begitu kuatnya hubungan emosional antara anak dengan ibu, dapat direnungkan ketika kita ada dalam masalah atau ditimpa musibah, maka yang akan teringat dan sering disebutkan adalah kata “Ibu” bapak jarang sekali terucapkan. Namun, bukan berarti bapak itu bukan seorang sejarah hidup, tapi ikatan emosional antara anak dengan ibu sangat kuat dan kental, Ini pula mengapa dalam tubuh ibu disebut dengan “rahim” yang secara makna berarti kasih penulisng. Hal demikian mengindikasikan bahwa perjuangan sang ibu penuh dengan kasih penulisng  dalam menuntun sang anak.
Materi tidak cukup untuk membalas semua perjuangan ibu, sebesar apapun materi yang diberikan kepadanya, sekali lagi manusia tidak akan mampu untuk membalasnya. Bahkan dalam pesan agama dikatakan “anak  akan bisa membalas semua perjuangan sang ibu, kalau dia mampu mengandung kembali orang tuanya selama sembilan bulan” Namun ini adalah hal yang transedental. Bukan berarti agama tidak menganjurkan kepada manusia untuk tidak berbakti kepadanya, melainkan hilangkan asumsi untuk membalas jasa-jasa mereka.  Cukuplah buat dia tertawa dan tersenyum dengan memperlihatkan hal-hal yang positif terhadap apa yang pernah ia ajarkan dan titipkan

*Mahasiswi Tafsir Hadis dan Kader HMI KOMFUF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar