Senin, 28 Januari 2013

Konsep Fitrah dalam NDP


Konsep Fitrah dalam NDP
Huda R Yasin*

Manusia dihadirkan dengan berbagai hal yang bisa membedakannya dengan makhluk lain yang bukan manusia. Dari segi biologis misalnya, manusia mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dengan makhluk selian manusia. Akal atau nalar yang dikaruniakan kepada manusia juga yang membedakannya dengan makhluk lain.
Dari segi proses dan potensi juga berbeda. Akan tetapi bukan hanya sebagian sifat yang dimilikinya yang menjadikan manusia sebagai manusia, seperti manusia yang di definisikan oleh Karl Marx misalnya,  bahwa manusia merupakan makhluk pekerja. Thomas Hobbes, yang menyatakan bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki sifat buruk. Aristoteles mendefinisikan manusia sebagai zon politican (manusia adalah makhluk berpolitik)l. Ini hanya beberapa definisi dan sifat manusia, bukan keseluruhan. akan tetapi yang dinamakan manusia secara utuh adalah keseluruhan dari setiap susunan sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan khusus yang hanya dimiliki oleh manusia yaitu fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran.
Berkeinginan suci dan cenderung kepada kebenaran memberi makna tersendiri bahwa manusia pada dasarnya menginginkan dan mengarah kepada kebenaran. Akan tetapi ketika dibenturkan pada kenyataannya, manusia melakukan kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan.
 
 Baik itu bersifat individual, sedangkan benar bersifat universal. Benar yang mempunyai sifat universal masih ada keterkaitan dengan aturan-aturan yang ada yang dapat menghasilkan nilai.
Fitrah terpancarkan melalui dhamier. Dhamier merupakan hati nurani yang selalu menuntun manusia untuk mengecap kebahagiaan tanpa menderita kepedihan. Untuk terus berada pada fitrah dan menjadi Insan Kamil (Manusia Sempurna) yang berkesesuaian dengan manusia lainnya, alam dan Tuhan, manusia harus memenuhi tuntutan Dhamier. Hati nurani secara potensial ada pada setiap manusia, tapi hanya mengaktual hadir pada sosok Insan Kamil.
Dalam hati manusia terdapat kerinduan pada kebenaran yang bentuk tertingginya adalah kerinduan kepada Tuhan. Inilah alam kodrati atau fitrah manusia. Fitrah manusia –khususnya kebenaran- sejalan dengan idea of progress (gagasan tentang kemajuan) dan karenanya ia menerima kebenaran dari mana saja. Fitrah kecenderungan manusia pada kebenaran menjadikan manusia bersifat inklusif (terbuka) pada kebenaran dari manapun.  
*Mahasiswa Aqidah Falsafah/III-Aktivis HMI dan PIUSH







Tidak ada komentar:

Posting Komentar