Konsep
Fitrah dalam NDP
Huda R Yasin*
Manusia
dihadirkan dengan berbagai hal yang bisa membedakannya dengan makhluk lain yang
bukan manusia. Dari segi biologis misalnya, manusia mempunyai bentuk dan sifat
yang berbeda dengan makhluk selian manusia.
Akal atau nalar yang dikaruniakan kepada manusia juga yang membedakannya
dengan makhluk lain.
Dari
segi proses dan potensi juga berbeda. Akan tetapi bukan hanya sebagian sifat
yang dimilikinya yang menjadikan manusia sebagai manusia, seperti manusia yang
di definisikan oleh Karl Marx misalnya, bahwa manusia merupakan makhluk pekerja. Thomas Hobbes, yang menyatakan bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki sifat buruk. Aristoteles mendefinisikan manusia sebagai zon politican
(manusia adalah makhluk berpolitik)l. Ini hanya beberapa definisi dan sifat
manusia, bukan keseluruhan. akan tetapi yang dinamakan manusia secara utuh adalah keseluruhan dari setiap susunan
sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan khusus yang hanya dimiliki oleh manusia yaitu
fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung
kepada kebenaran.
Berkeinginan
suci dan cenderung kepada kebenaran memberi makna tersendiri bahwa manusia pada
dasarnya menginginkan dan mengarah kepada kebenaran.
Akan tetapi ketika dibenturkan pada kenyataannya,
manusia melakukan kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan.
Baik itu bersifat individual, sedangkan
benar bersifat universal. Benar yang mempunyai sifat universal masih ada
keterkaitan dengan aturan-aturan yang ada yang dapat menghasilkan nilai.
Fitrah terpancarkan melalui dhamier. Dhamier merupakan hati nurani
yang selalu menuntun manusia untuk mengecap kebahagiaan tanpa menderita
kepedihan. Untuk terus berada pada fitrah dan menjadi Insan Kamil (Manusia Sempurna) yang berkesesuaian dengan manusia lainnya, alam dan Tuhan, manusia harus
memenuhi tuntutan Dhamier. Hati nurani secara potensial ada pada setiap
manusia, tapi hanya mengaktual hadir pada sosok Insan
Kamil.
Dalam
hati manusia terdapat kerinduan pada kebenaran yang bentuk tertingginya adalah
kerinduan kepada Tuhan. Inilah alam kodrati atau fitrah manusia. Fitrah manusia –khususnya
kebenaran- sejalan dengan idea of progress (gagasan tentang kemajuan) dan
karenanya ia menerima kebenaran dari mana saja. Fitrah kecenderungan manusia
pada kebenaran menjadikan manusia bersifat inklusif (terbuka) pada kebenaran dari manapun.
*Mahasiswa Aqidah
Falsafah/III-Aktivis HMI dan PIUSH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar